Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2) -Kawan budaya 
 Tradisi Nuswantoro  kebudayaan atau tradisi sebuah bangsa merupakan sebuah jati diri bangsa. Karena dengan adanya tradisi kita tahu siapa kita sebenarnya dan dari mana kita berasal. Budaya dan tradisi Nusantara atau Nuswantoro sangatlah banyak. Dari segi bahasa pakain kuliner sampai dengan upacara keagamaan ada semua di bumi Nuswantoro ini.Sehingga kami ingin mengajak kawan budaya untuk lebih mengenal
Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2) dan tahu akan lebih banyak tentang seluk beluknya.
 Kita wajib untuk mengetahui akan semua itu. Karena kita bangsa yang besar dan Bangsa yang besar selalu menghargai akan budaya dan tradisi serta sejarahnya. Jangan sampai kita tidak tahu tentang Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2). Bisa jadi esok atau lusa kita tidak akan pernah mengenal atau melihatnya jika bukan kita yang melestarikan budaya dan tradisi nuswantoro ini. 
Untuk menambah wawasan kita tentang budaya dan tradisi nuswantoro berikut artikel yang lainya
Tari Tradisional Jawa Tenah (Bagian 2) | 
tradisinuswantoro.my.id - Pada artikel yang lalu Mengenal 
Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 1) Kita sudah mengenal beberapa tari klasik dari Provinsi Jawa Tengah seperti Tari Bedhaya, Gamyong, Serimpi dan Beksan Wireng. Pada artikel kali ini, kita kembali akan mengenal sekilas mengenai tradisional Jawa Tengah yang terdiri dari tari kuda lumping, tari kethek ogleng, Sintren dan Jlantur berikut penjelasannya.
Kuda Lumping adalah tarian tradisional yang menggunakan properti berupa  kuda tiruan. Kuda lumping atau juga disebut dengan Jaranan / Jaran  Kepang atau 
jathilan merupakan tarian tradisional dari Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit sedang menunggang kuda.
Menurut berbagai sumber  tari kuda lumping ini menggambarkan kisah  perjuangan Raden Patah, yang  dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Ada pula yang  menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan  Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk  menghadapi pasukan Belanda. Dan terlepas dari asal usulnya, tarian kuda  lumping ini merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran  sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari  gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman  bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
2. Tari Tradisional Kete / Kethek Ogleng 
Tari kethek ogleng merupakan tari tradisional dari Jawa Tengah atau tepatnya berasal dari desa Tokawi,kecamatan Nawangan,Kabupaten Pacitan. Tari Kethek Ogleng tersebut sudah ada sejak tahun 1962, yang merupakan hasil karya dari seorang petani  berumur 18 tahun yang bernama Sutiman. Sutiman yang kini memiliki sanggar seni krido wanoro terus mengembangkan tarian kethek ogleng ini.
 Menurut Sutiman kata “Kethek Ogleng’’ diambil dari nama binatang yaitu kera dalam bahasa jawa “KETHEK”, Sedangkan Ogleng diambil dari gamelan yang berbunyi “gleng-gleng” 
 Tari Kethek Ogleng pertama kali dimainkan di tempat orang punya hajat perkawinan tepatnya akhir tahun 1963.  Pentas tersebut terlaksana atas permintaan Kepala Desa Tokawi pada Waktu itu D.Harjo Prawiro. 
Penari Kethek ogleng mengenakan kostum serba putih yang menyerupai Hanoman dalam cerita pewayangan. Adapun gerakan tari menyerupai hewan kethek / monyet hanoman.
3. Tari Tradisional Sintren
Sintren (atau juga dikenal dengan Lais) adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan.  Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang  bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Baca juga : 10 Tari Tradisional dari Jawa Barat.  Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Bahurekso Bupati Kendal  yang pertama hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari yang dijuluki  Dewi Lanjar. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri  dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu  dari Ki Bahurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih  memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya  masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh  bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang  bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah  pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap  diadakan pertunjukan sintren sang  penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa  hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci  (perawan). sintren jg mempunyai keunikan tersendiri yaitu terlihat dari  panggung alat-alat musiknya yang terbuat dari tembikar atau gembyung dan  kipas dari bambu yang ketika ditabuh dengan cara tertentu menimbulkan  suara yg khas.

3. Tari Tradisional Jelantur
Tari  Jlantur adalah tari tradisional asli Magelang Jawa Tengah  yang dimainkan oleh 40 orang pria dengan memakai ikat  kepala gaya turki. Tariannya dilakukan dengan menaiki kuda kepang dengan  senjata tombak dan pedang. Tarian ini menggambarkan prajurit yang akan  berangkat ke medan perang, dahulu merupakan tarian penyalur semangat  kepahlawanan dari keturunan prajurit Diponegoro.
Bersambung : Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 3) 
Referensi :
http://tradisinuswantoro.blogspot.com/2013/10/tari-tradisional-kuda-lumping.html
http://news.detik.com/jawatimur/2524362/kethek-ogleng-tari-legenda-kota-1001-gua/1
http://ardiankinoe.blogspot.co.id/2014/02/kesenian-kethek-ogleng.html 
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/12/05/28/m4py1a-kesenian-jelantur-terancam-punah
  
 
Trimakasih Kawan budaya telah membaca dan menyimak  Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2)
Indah dan kaya bukan budaya kita ini yang terutama di bumi nuswantoro ini dan semoga dengan hadirnya  Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2). Dapat membuat kita lebih banggga dan semangat lagi untuk melestarikan dan mengembangkan budaya nuswantoro ini. Ingatlah bahwa budaya kita ini adalah budaya dan peradaban yang luhur jangan sampai kita lengah dan diakui oleh bangsa lain. Salam Budaya Nuswantoro buat kita semua.
 
		  
 
0 Response to "Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2)"
Posting Komentar