Kita wajib untuk mengetahui akan semua itu. Karena kita bangsa yang besar dan Bangsa yang besar selalu menghargai akan budaya dan tradisi serta sejarahnya. Jangan sampai kita tidak tahu tentang Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara. Bisa jadi esok atau lusa kita tidak akan pernah mengenal atau melihatnya jika bukan kita yang melestarikan budaya dan tradisi nuswantoro ini.
Untuk menambah wawasan kita tentang budaya dan tradisi nuswantoro berikut artikel yang lainya
Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara | tradisinuswantoro.my.id - Sulawesi Tenggara memiliki beberapa tempat bersejarah seperti Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas di dunia. Selain itu masih ada Istana Malige di Kota Baubau, benteng kerajaan Kabaena di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana dan Benteng Liya yang berada di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tempat-tempat tersebut menjadi saksi keberadaan dan kejayaan kerajaan yang dahulu berada di Provinsi yang beribukota di Kota Kendari ini. Keberadaan sebuah kebudayaan pada masa lampau tentu tidak akan terlepas dari alat yang disebut sebagai senjata. Baik senjata untuk berperang dan mempertahankan diri maupun senjata dan peralatan tradisional untuk bercocok tanam, berburu dan mengambil hasil hutan/pertanian.
Kali ini kita akan mengenal beberapa senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Beberapa senjata yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar digunakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara untuk bercocok tanam atau peralatan rumah tangga sehari-hari. Sebagian lagi digunakan sebagai benda sejarah, aksesoris maupun hiasan.
1. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara - Keris Pusaka Emas Aru Palaka
Keris pusaka emas aru palaka senjata pusaka dari raja - raja di kerajaan Buton. Rante Mas dan Keris Pusaka Emas ARU PALAKA (La Tenritatta Arung Pakka Petta Malampe'E Gemme'na Daeng Serang Datu Marioriwawo). Kembaran Keris Pusaka ini diberikan juga oleh Aru Palaka kepada Sultan Buton ke 9 SULTAN QAIMUDDIN MALIK SIRULLAH KHALIFATUL KHAMIS, yang menerima suaka suaka politik Aru Palaka di Buton bersama Istrinya Imangkawani Daeng Talele bersama teman-temannya Arung Bila, Arung Apanang, Arung Belo, Arung Pattojo dan Arung Kaju pada bulan Oktober 1660.
2. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara - Keris & Tombak Meantu'u Tiworo Liya
Keris dan Tombak adalah senjata tradisional yang sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala. Senjata tradisional ini dipergunakan oleh prajurit maupun rakyat kerajaan guna mempertahankan keutuhan kerajaan tersebut. Salah satu senjata peninggalan kerajaan Liya yang ada di Desa Liya Togo adalah Keris dan Tombak Meantu'u Tiworo Liya.
Meantu'u Tiworo adalah salah satu pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang berada diwilayah pesisir pantai.
Salah satu buyut keturunan Meantu'u Tiworo bernama Haji Muhammadi yang tinggal di Desa Wote'a dalam lingkungan benteng Keraton Liya menuturkan bahwa salah satu kesaktian dari Meantu,u Tiworo ini adalah berada pada keris dan tombaknya yaitu bila ada sanggila atau bajak laut menghampiri pantai Liya atau berada pada perairan pantai Liya maka tombak tersebut ditancapkan pada laut maka dengan kekuasaan Allah SWT semua orang-orang jahat atau sanggila yang berada pada kapal atau perahu yang berada perairan ditengah laut liya atau menghampiri pantai Liya akan meninggal dunia sehingga ketika dikunjungi kapal atau perahu tersebut tinggal mayat-mayat yang ditemukan bergelimpangan.
Adapun keris, tombak yang memiliki kesaktian ini serta gendang (tamburu) masih utuh disimpan oleh Haji Muhammadi dan diperlihatkan kepada penulis untuk diambil gambarnya sebagai bukti sejarah begitu dasyatnya ilmu-ilmu para penatua orang-orang Liya pada zamannya itu.
Salah satu buyut keturunan Meantu'u Tiworo bernama Haji Muhammadi yang tinggal di Desa Wote'a dalam lingkungan benteng Keraton Liya menuturkan bahwa salah satu kesaktian dari Meantu,u Tiworo ini adalah berada pada keris dan tombaknya yaitu bila ada sanggila atau bajak laut menghampiri pantai Liya atau berada pada perairan pantai Liya maka tombak tersebut ditancapkan pada laut maka dengan kekuasaan Allah SWT semua orang-orang jahat atau sanggila yang berada pada kapal atau perahu yang berada perairan ditengah laut liya atau menghampiri pantai Liya akan meninggal dunia sehingga ketika dikunjungi kapal atau perahu tersebut tinggal mayat-mayat yang ditemukan bergelimpangan.
Adapun keris, tombak yang memiliki kesaktian ini serta gendang (tamburu) masih utuh disimpan oleh Haji Muhammadi dan diperlihatkan kepada penulis untuk diambil gambarnya sebagai bukti sejarah begitu dasyatnya ilmu-ilmu para penatua orang-orang Liya pada zamannya itu.
3. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara - Parang Taawu
Senjata tradisional seperti parang adalah sebuah alat yang secara umum fungsinya digunakan oleh suku-suku di Indonesia pada masa lalu sebagai senjata untuk berburu maupun sebagai alat membela diri apabila terjadi perang. Namun kini senjata parang biasa digunakan hanya untuk ke kebun atau sedang memasuki wilayah hutan ataupun untuk kerperluan rumah tangga lainnya.
Parang Taawu sendiri dahulu merupakan pusaka bertuah masyarakat suku Mekongga yang mendiami wilayah kabupaten Kolaka. Pade Taawu atau Parang Taawu pada zaman dahulu dipergunakan oleh raja-raja atau Tamalaki (Panglima Perang) pada waktu peperangan. Akan tetapi pada masa kini, parang taawu biasa gunakan sebagai alat bantu untuk mata pencaharian petani, seperti merentes kebun yang sudah banyak ditumbuhi rumput alang-alang atau juga memotong kayu-kayu.
Yang memprihatinkan atas keberadaan parang taawu ini yaitu sudah sangat jarang ditemukan di daerah Kolaka. Parang taawu sudah banyak digantikan oleh parang-parang dari daerah luar Kolaka.
Parang Taawu sendiri dahulu merupakan pusaka bertuah masyarakat suku Mekongga yang mendiami wilayah kabupaten Kolaka. Pade Taawu atau Parang Taawu pada zaman dahulu dipergunakan oleh raja-raja atau Tamalaki (Panglima Perang) pada waktu peperangan. Akan tetapi pada masa kini, parang taawu biasa gunakan sebagai alat bantu untuk mata pencaharian petani, seperti merentes kebun yang sudah banyak ditumbuhi rumput alang-alang atau juga memotong kayu-kayu.
Yang memprihatinkan atas keberadaan parang taawu ini yaitu sudah sangat jarang ditemukan di daerah Kolaka. Parang taawu sudah banyak digantikan oleh parang-parang dari daerah luar Kolaka.
Demikian Sobat, 3 senjata tradisional dari Sulawesi Tenggara yang bisa kita ketahui pada artikel kali ini. Semoga bermanfaat..
Referensi :
- http://kerajaantiworo.blogspot.co.id/2013/10/keris-dan-tombak-meatuu-tiworo-liya.html
- http://inilahmuda.blogspot.co.id/p/blog-page_2.html
- https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/16147876094/in/photostream/
Trimakasih Kawan budaya telah membaca dan menyimak Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara
Indah dan kaya bukan budaya kita ini yang terutama di bumi nuswantoro ini dan semoga dengan hadirnya Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara. Dapat membuat kita lebih banggga dan semangat lagi untuk melestarikan dan mengembangkan budaya nuswantoro ini. Ingatlah bahwa budaya kita ini adalah budaya dan peradaban yang luhur jangan sampai kita lengah dan diakui oleh bangsa lain. Salam Budaya Nuswantoro buat kita semua.
0 Response to "Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara"
Posting Komentar