Kita wajib untuk mengetahui akan semua itu. Karena kita bangsa yang besar dan Bangsa yang besar selalu menghargai akan budaya dan tradisi serta sejarahnya. Jangan sampai kita tidak tahu tentang Baju Adat Sulawesi Tenggara. Bisa jadi esok atau lusa kita tidak akan pernah mengenal atau melihatnya jika bukan kita yang melestarikan budaya dan tradisi nuswantoro ini.
Untuk menambah wawasan kita tentang budaya dan tradisi nuswantoro berikut artikel yang lainya
Baju Adat Sulawesi Tenggara | tradisinuswantoro.my.id - Proses terciptanya pakaian adat adalah melalui tahapan panjang hasil perkembangan daya nalar, karsa atau rasa dari hasil daya budi dari generasi terdahulu sampai dengan sekarang. Seperti halnya dengan masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Sejak dahulu masyarakat Tolaki telah membuat pakaian yang dibuat dari kulit kayu, yang disebut dengan "Kinawo"
Proses pembuatan Kinawo ini dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana yaitu dengan cara mengambil kulit kayu tersebut yang disebut kayu Usongi, Dalisi, Otipulu, dan wehuka, kemudian dikuliti lalu kulit kayu tersebut direbus dengan abu dapur. Selanjutnya direndam sehari, setelah cukup lembut, kemudian dipukul –pukul pada kayu bulat besar dengan batu segi empat yang pilih hingga menjadi tipis dan lebar. Proses ini disebut “Monggawo” artinya membuat Kinawo (bahan pakaian). Apabila ditelusuri proses terciptanya bentuk (model) pakaian adat masyarakat Tolaki, dapat disimpulkan bahwa baju Kinawo itulah yang menjadi dasar yang dipakai dalam menciptakan bentuk baju (model) untuk kurun waktu selanjutnya terutama pada model baju wanita hingga saat ini.
Baju Tradisional Sulawesi Tenggara dari Kulit Kayu (Kinawo) |
Pakaian tradisional atau baju adat Suku Tolaki, sering digunakan sebagai ikon pakaian adat dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada artikel kali ini, kita akan membatasi mengenai pakaian adat yang digunakan oleh pengantin suku Tolaki Sulawesi Tenggara.
Pada umumnya pakaian adat pengantin suku tolaki disebut dengan Babu Nggawi (Busana adat pengantin perempuan) dan Babu Nggawi Langgai (Busana adat pengantin laki-laki).
1. Baju Adat Sulawesi Tenggara - Babu Nggawi
Babu Nggawi (busana adat pengantin perempuan) terdiri dari :
- Babu Nggawi Lipa Hinoru yaitu jenis pakaian adat yang dipakai oleh masyarakat Tolaki sejak dahulu (Hinoru sama dengan ditenun).
- Babu Nggawi Roo Mendaa adalah jenis pakaian adat hasil pengembangan namun masih mengambil model tradisional.
Sedangkan pada babu nggawi Roo Mendaan penggunaan rok panjang sebatas mata kaki. Rok mandaa ini tersebut dari warna, bahan baju yang sama dengan rok panjangnya diberi pleats (nempel ) pada bagian depan tengah, sedang pada bagian bawah diberi hiasan manik – manik berwarna keemasan bermotifkan khas daerah tolaki (tradisional) yaitu motif pinetobo, pinesowi dan pineburu mbaku.
Pakaian wanita juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti hiasan telinga berupa anting-anting yang terurai disebut dengan Kumenda, tole-tole, penggunaan kalung panjang (eno-eno sinolo) atau kalung pendek (eno-eno renggi), ikat pinggang ( salupi nggolopua), dan menggunakan 2 buah gelang kaki (o-langge). Pengantin wanita juga melengkapi diri dengan menggunakan sanggul.
2. Baju Adat Sulawesi Tenggara - Babu Nggawi Langgai
Babu nggawi langgai adalah busana pengantin laki-laki suku Tolaki. Babu Nggawi Langgai ini meliputi tata busana pengantin pria yang terdiri atas dari bagian-bagian sebagai berikut :
Cara pemakaian baju dan celana sama seperti pada umumnya pengantin pria, hanya memakai sarung (Lipa Mbineulu) yaitu dililit pada pinggang membalut celana dan pinggir sarung berada di atas lutut. Sedang baju pria berada di atas sarung. Pada pinggang di pasang sulepe kemudian keris/leko diselipkan di pinggang bagian depan. Ujung keris dililitkan (diikatkan) sapu ndobo wungai (sapu tangan).
Pada umumnya bahan pakaian wanita dan pria ini selalu sama yaitu terbuat dari bahan beledu atau bahan-bahan lainnya kemudian accessories yang dipakai untuk wanita maupun pria biasanya terbuat dari perak sepuhan emas. Hal ini tergantung dari status sosial ataupun kemampuan masing-masing. Dahulu untuk kaum Anakia (bangsawan) biasanya terbuat dari emas sedangkan untuk orang kebanyakan terbuat dari perak sepuhan.
- Babu Kadiu yaitu baju yang berkerah berdiri dengan lengan panjang dan bagian depannya terbuka. Pada bagian sekitar leher dan belahan baju depan diberi hiasan-hiasan yang berwarna keemasan, demikian juga pada lengan
- Saluaro ala adalah celana panjang yang pada bagian bawah (kaki) kiri kanan dibelah kira-kira 10-15 cm sedang pada sekitar pinggiran dipasangkan hiasan yang sama dengan hiasan baju tadi.
- Lipa Mbineulu adalah sekarang motif khusus pada umumnya warna dasarnya hitan bergaris merah.
- Sulepe atau Salupi Sulepe atau salupi ini adalah ikat pinggang yang terdiri dari logam sepuhan emas, tetapi untuk masa sekarang ini orang cenderung membuat dari bahan baju yang sama dengan sulepe tersebut, kemudian diberi hiasan manik yang serupa dengan baju.
- Pabele atau destar yang terbuat dari bahan yang sama dengan celana dan baju tadi. Bentuknya pada bagian depan ujung atas atau puncaknya kelihatan runcing. Sekeliling pinggir pabele dan pada bagian lainnya diberi hiasan benang-benang emas dan manik-manik.
- Sapu Ndobo Mungai yaitu sejenis sapu tangan berwarna cerah yang diserasikan dengan warna baju pengantin pria, untuk hiasan keris.
- Leko atau Keris.
- Solopu Longgai atau Selof (khusus untuk Pria).
Cara pemakaian baju dan celana sama seperti pada umumnya pengantin pria, hanya memakai sarung (Lipa Mbineulu) yaitu dililit pada pinggang membalut celana dan pinggir sarung berada di atas lutut. Sedang baju pria berada di atas sarung. Pada pinggang di pasang sulepe kemudian keris/leko diselipkan di pinggang bagian depan. Ujung keris dililitkan (diikatkan) sapu ndobo wungai (sapu tangan).
Pada umumnya bahan pakaian wanita dan pria ini selalu sama yaitu terbuat dari bahan beledu atau bahan-bahan lainnya kemudian accessories yang dipakai untuk wanita maupun pria biasanya terbuat dari perak sepuhan emas. Hal ini tergantung dari status sosial ataupun kemampuan masing-masing. Dahulu untuk kaum Anakia (bangsawan) biasanya terbuat dari emas sedangkan untuk orang kebanyakan terbuat dari perak sepuhan.
Demikian Sobat tradisi, penjelasan mengenai baju adat Sulawesi Tenggara yang diambil dari busana pengantin suku Tolaki Sulawesi Tenggara. Semoga bermanfaat.
Trimakasih Kawan budaya telah membaca dan menyimak Baju Adat Sulawesi Tenggara
Indah dan kaya bukan budaya kita ini yang terutama di bumi nuswantoro ini dan semoga dengan hadirnya Baju Adat Sulawesi Tenggara. Dapat membuat kita lebih banggga dan semangat lagi untuk melestarikan dan mengembangkan budaya nuswantoro ini. Ingatlah bahwa budaya kita ini adalah budaya dan peradaban yang luhur jangan sampai kita lengah dan diakui oleh bangsa lain. Salam Budaya Nuswantoro buat kita semua.
0 Response to "Baju Adat Sulawesi Tenggara"
Posting Komentar