Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan

Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan -Kawan budaya Tradisi Nuswantoro kebudayaan atau tradisi sebuah bangsa merupakan sebuah jati diri bangsa. Karena dengan adanya tradisi kita tahu siapa kita sebenarnya dan dari mana kita berasal. Budaya dan tradisi Nusantara atau Nuswantoro sangatlah banyak. Dari segi bahasa pakain kuliner sampai dengan upacara keagamaan ada semua di bumi Nuswantoro ini.Sehingga kami ingin mengajak kawan budaya untuk lebih mengenal Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan dan tahu akan lebih banyak tentang seluk beluknya.

Kita wajib untuk mengetahui akan semua itu. Karena kita bangsa yang besar dan Bangsa yang besar selalu menghargai akan budaya dan tradisi serta sejarahnya. Jangan sampai kita tidak tahu tentang Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan. Bisa jadi esok atau lusa kita tidak akan pernah mengenal atau melihatnya jika bukan kita yang melestarikan budaya dan tradisi nuswantoro ini.



Untuk menambah wawasan kita tentang budaya dan tradisi nuswantoro berikut artikel yang lainya



Bergubalan
Di daerah Sumatra Selatan ini, kawin lari umumnya dikenal dengan istilah kawin bergubalan atau belaghaian khusus untuk Desa Air Itam Kab. Muara Enim. Mengutip pendapat Mustopa Husien Serie, dalam skripsi Maimuna yang berjudul, ”Kawin Lari di Daerah Kayu Agung ditinjau dari Hukum Pidana” bahwa, kawin lari bergubalan adalah: Suatu perkawinan yang didahului oleh tindakan si bujang melarikan gadis ke rumah sendiri atau kepala kampung setempat. Tindakan ini sering diambil disebabkan pihak orang tua gadis tidak menyetujui calon menantunya atau pihak si bujang tidak mampu memenuhi permintaan orang tua gadis, sedangkan kedua merpati itu sedang diayun asmara. Maka mengambil jalan bergubalan/lari tersebut.

Akibat dari tindakan bergubalan tersebut menurut Maimuna terdapat dua kemungkinan;
  1. Orang tua gadis dan kadang-kadang juga orang tua bujang tetap tidak mau menikahkan mereka karena dianggap menghina keluarga, mereka tidak mencampuri terhadap perkawinan anak-anak mereka, sehingga perkawinan tersebut dilakukan oleh penguasa secara sederhana.
  2. Timbulnya penyelesaian dari pihak orang tua gadis atau bujang, maka persoalan mereka diselesaikan melewati perkawinan rasa tuo.


Dapat dipahami bahwa tidak jarang terjadi kawin lari bergubalan tersebut atas anjuran orang tua si bujang atau si gadis demi untuk menghindari adat yang membutuhkan biaya yang besar itu. Sedang mereka tidak mampu atau menganggap adat tersebut sudah tidak perlu dipertahankan lagi. Di sini bergubalan hanya merupakan taktik belaka. (Maimunah;16) 

Belaghaian
Hasil wawancara terhadap narasumber, Alpian mahasiswa IAIN Raden Fatah semester 6 jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah yang merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah Air Itam, belaghaian adalah:
Antara laki-laki dan perempuan ingin menikah, namun tidak direstui oleh salah-satu orang tua, lalu mereka lari kerumah RT atau kepala kampung, atau juga kerumah keluarga dari pihak laki-laki. Selanjutnya RT atau kepala kampung menanyakan kepada kedua pasangan tersebut mahar atau pintaan dan yang lainya. Kalau direstui oleh orang tua mereka, maka akan dijemput dan diajak pulang untuk dinikahkan, tapi kalau tidak direstui, maka mereka akan tetap menjalankan proses pernikahan melalui wali hakim.

Demikianlah, penjelasan singkat tentang salah satu budaya kawin lari yang ada di Sumatera Selatan, khususnya di daerah Muara Enim. Semoga bermanfaat.


Trimakasih Kawan budaya telah membaca dan menyimak Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan

Indah dan kaya bukan budaya kita ini yang terutama di bumi nuswantoro ini dan semoga dengan hadirnya Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan. Dapat membuat kita lebih banggga dan semangat lagi untuk melestarikan dan mengembangkan budaya nuswantoro ini. Ingatlah bahwa budaya kita ini adalah budaya dan peradaban yang luhur jangan sampai kita lengah dan diakui oleh bangsa lain. Salam Budaya Nuswantoro buat kita semua.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Budaya Kawin Lari di Sumatera Selatan"

Posting Komentar